KOMPONEN KOMPONEN DETECTOR OPTIK
Detektor Optik (Photodetector)
Detektor optik sebagai salah satu
komponen sistem optoelektronika digunakan untuk menagkap sinyal intensitas yang
dikirim sumber cahaya lewat media transmisi. Detektor berfungsi
mentranformasi besaran intensitas cahaya menjadi besaran yang lain, seperti besaran listrik. Bedasarkan pada penyebab perubahan besaran intensitas cahaya menjadi besaran listrik, maka detector dibagi menjadi dua, yaitu :
mentranformasi besaran intensitas cahaya menjadi besaran yang lain, seperti besaran listrik. Bedasarkan pada penyebab perubahan besaran intensitas cahaya menjadi besaran listrik, maka detector dibagi menjadi dua, yaitu :
Pada piranti termal,
absorsi cahaya oleh bagian dari piranti yang sensitive terhadap cahaya (photosensitif)
meningkatkan temperatur (konduktivitas listrik). keluaran detector termal
sebanding dengan jumlah energi yang diserap per-satuan waktu oleh detector.
Proses absorpsi pada detektor photon, menyebabkan secara langsung pada
paramenter kuantum (emisi photo-listrik elektron dari permukaan). Keluaran
detektor ditunjukkan oleh laju absorpsi quonta cahaya dan bukan pada energinya.
Beberapa perbedaan sifat detektor termal dan detektor photon ditunjukkan pada
tabel dibawah ini :
Tabel
perbandingan paramenter detektor temal dan dekektor photon
No
|
Paramenter
|
Detektor Termal
|
Detektor Photon
|
1
|
Frekuensi Response
|
Rendah
|
Tinggi
|
2
|
Spektal Responsi
|
Lebar (konstan)
|
Terbatas
|
3
|
Sensivitas
|
Rendah
|
Tinggi
|
4
|
Temperatur
Operasional
|
Kamar
|
Cryogonik
|
5
|
Harga
|
Ekonomis
|
Mahal
|
Detektor termal
merupakan jenis detektor yang paling tua untuk penginderaan (sensing) radiasi.
Pertama kali dibuat oleh Sir William Herschel, ketika menggunakan thermometer
untk mengukur radiasi inframerah dengan menggunakan prisma pada tahun 1800.
Pada waktu yang sama Seoback (1825) menemukan termokopel, dan Noblll (1829)
membuat termoplle dari sederetan termokopel.
Model detektor termal
secara umum. Radiasi diserap oleh elemen sensing dengan kapasitas panas H, dan
dihubungkan dengan heat sink (Ts = konstan) melalui heat
conducting link berkonduktansi termal G. Bila laju absorpsi panas (heat) W,
maka jumlah panas yang diserap selama interval waktu dt adalah Wdt.
Detektor termal dapat
dibagi menjadi 3 tipe, yakni :
1. Detektor
termal berdasarkan pada pergeseran mekanik, seperti
Cairan
dalam thermometer glas
Bimental
strip
Radiometer
Croohe’s
Golay
Cell
2. Detektor
elektrik, contohnya
Bolometer
Termokopel
(thermopile)
Pyroelektrik
3. Detektor
jenis lainnya, seperti
Evapografi
— Persyaratan
yang harus dimiliki oleh detektor optik :
1.
Mempunyai
sensitivitas tinggi pada daerah operasi panjang gelombang
2.
Responnya cepat (dalam
ns)
3.
Derau yang dihasilkan
kecil.
4.
Tersedia cukup
bandwidth untuk menyalurkan bit rate data yang diterima.
5.
Tidak sensitif
terhadap perubahan suhu.
6.
Secara fisik
kompatibel dengan dimensi kabel.
7.
Mempunyai waktu
operasi yang lama.
8.
Ukurannya kecil
Bagian penting dari suatu aplikasi sinar mengenai instrumentasi adalah
bagaimana mengukur atau mendeteksi radiasi. Ada beberapa tipe-tipe
photodetektor dengan penjelasan mengenai operasi dan cara kerjanya.
1. Karakteristik Photodetektor
Beberapa
karakteristik dari photodetektor memiliki peran penting pada aplikasinya. Ada
beragam tipe detektor dijelaskan berdasarkan karakteristiknya seperti berikut
Tabel 6.2 Illuminasi dari
Sumber Cahaya
Tipe Cahaya
|
Illumniasi
(lm/m2)
|
Cahaya matahari langsung
|
105
|
Cahaya siang dalam ruangan
|
103
|
Cahaya minimum untuk membaca
|
102
|
Bulan penuh
|
0.2
|
Langit malam yang cerah
|
10-4
|
Respon spektrum
Sebagian besar
detektor dapat bekerja pada daerah diatas panjang gelombang radiasi yang
menujukkan respon sprektum dari alat tersebut. Pada kasus yang umum, respon
yang diberikan berupa grafik datar dengan beberapa deviasi yang diperbolehkan
diantara band radiasi .
2. Photokonduktif Detektor
Salah satu hal yang
umum dari photodetektor didasarkan pada perubahan konduktifitas dari bahan
semikonduktor dengan intensitas radiasi. Perubahan konduktifitas tampak sebagai
perubahan tahanan sehingga alat-alat ini disebut juga sebagai sel photoresitif.
Karena tahanan manjadi parameter yang digunakan tranduser, kita menjelaskan
alat ini dari sudut pandang perubahan tahanan akibat intensitas cahaya.
Prinsip
Seiring dengan meningkatnya jumlah elektron tereksitasi ke pita konduksi, tahanan semikonduktor akan menurun, membuat tahanan turun sebagai fungsi invers dari intensitas radiasi photon supaya mampu mengeksitasi harus menyediakan energi paling tidak sebesar energi gap. Perhatikan bahwa operasi thermistor melibatkan energi thermal sebagai elektron yang pindah ke pita konduksi. Untuk mencegah photodetektor menunjukkan efek thermal yang sama, diperlukan untuk mengopersikan alat ini pada temperatur yang diatur atau untuk membuat energi gap terlalu besar pada efek thermal untuk menghasilkan elektron terkonduksi. Kedua pendekatan ini digunakan pada prakteknya. Batas atas dari respon sprektral sel ditentukan oleh berbagai faktor lain, seperti pantulan dan tranparansi pada panjang gelombang tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar