6 Tahap Generasi Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO)
sistem komunikasi serat optik (SKSO) dibagi menjadi 6 tahap generasi, yaitu seperti
diuraikan di bawah ini.
Generasi Pertama (mulai 1975)
Sistem masih sederhana dan menjadi dasar bagi sistem generasi
berikutnya, terdiri dari alatencoding yang mengubah input (misal suara)
menjadi sinyal listrik, transmitter yang mengubah sinyal listrik
menjadi sinyal gelombang berupa LED dengan panjang gelombang 0,87 mm, serat silika sebagai penghantar sinyal gelombang, repeater sebagai penguat gelombang yang melemah di perjalanan,receiver yang mengubah sinyal gelombang menjadi sinyal listrik berupa fotodetector, dan alatdecoding yang mengubah sinyal listrik menjadi output (misal suara).
menjadi sinyal gelombang berupa LED dengan panjang gelombang 0,87 mm, serat silika sebagai penghantar sinyal gelombang, repeater sebagai penguat gelombang yang melemah di perjalanan,receiver yang mengubah sinyal gelombang menjadi sinyal listrik berupa fotodetector, dan alatdecoding yang mengubah sinyal listrik menjadi output (misal suara).
Repeater bekerja melalui beberapa tahap, mula-mula ia mengubah sinyal
gelombang yang sudah melemah menjadi sinyal listrik, kemudian diperkuat
dan diubah kembali menjadi sinyal gelombang. Generasi pertama ini pada
tahun 1978 mencapai kapasitas transmisi sebesar 10 Gb.km/s.
Generasi Kedua (mulai 1981)
Untuk mengurangi efek dispersi, ukuran teras serat diperkecil agar
menjadi tipe mode tunggal. Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya
dengan indeks bias teras. Dengan sendirinya, transmitterjuga diganti
dengan diode laser dan panjang gelombang yang dipancarkannya 1,3 mm.
dengan modifikasi ini, generasi kedua mampu mencapai kapasitas transmisi
100 Gb.km/s, 10 kali lipat lebih besar daripada generasi pertama.
Generasi Ketiga (mulai 1982)
Terjadi penyempurnaan pembuatan serat silika dan pembuatan chip diode
laser berpanjang gelombang 1,55 mm. kemurnian bahan silika ditingkatkan
sehingga transparansinya dapat dibuat untuk panjang gelombang sekitar
1,2 mm sampai 1,6 mm. Penyempurnaan ini meningkatkan kapasitas transmisi
menjadi beberapa ratus Gb.km/s.
Generasi Keempat (mulai 1984)
Dimulainya riset dan pengembangan sistem koheren, modulasinya yang
dipakai bukan modulasi intensitas, melainkan modulasi frekuensi,
sehingga sinyal yang sudah lemah intensitasnya masih dapat dideteksi dan
jarak yang ditempuh, juga kapasitas transmisinya ikut membesar. Pada
tahun 1984, kapasitasnya sudah dapat menyamai kapasitas sistem deteksi
langsung. Sayang, generasi ini terhambat perkembangannya karena
teknologi peranti sumber dan deteksi modulasi frekuensi masih jauh
tertinggal. Tetapi, tidak dapat disangkal bahwa sistem koheren ini punya
potensi untuk maju pesat pada masa-masa yang akan datang.
Generasi Kelima (mulai 1989)
Pada generasi ini, dikembangkan suatu penguat optik yang menggantikan
fungsi repeater pada generasi-generasi sebelumnya. Sebuah penguat optik
terdiri dari sebuah diode laser InGaAsP (panjang gelombang 1,48 mm) dan
sejumlah fiber optik dengan doping erbium (Er) di terasnya. Pada saat
serat ini disinari diode lasernya, atom-atom erbium di dalamnya akan
tereksitasi dan membuat inversi populasi, sehingga bila ada sinyal lemah
masuk penguat dan lewat di dalam serat, atom-atom itu akan serentak
mengadakan deeksitasi yang disebut emisi terangsang (stimulated
emission) Einstein. Akibatnya, sinyal yang sudah melemah akan diperkuat
kembali oleh emisi ini dan diteruskan keluar penguat. Keunggulan penguat
optik ini terhadap repeater adalah tidak terjadinya gangguan terhadap
perjalanan sinyal gelombang, sinyal gelombang tidak perlu diubah jadi
listrik dulu dan seterusnya, seperti yang terjadi pada repeater. Dengan
adanya penguat optik ini, kapasitas transmisi melonjak hebat sekali.
Pada awal pengembanganya hanya dicapai 400 Gb.km/s, tetapi setahun
kemudian, kapasitas transmisi sudah menembus harga 50 ribu Gb.km/s.
Generasi Keenam (mulai 1988)
Pada tahun 1988, Linn F. Mollenauer memelopori sistem komunikasi
soliton. Soliton adalah pulsa gelombang yang terdiri dari banyak
komponen panjang gelombang. Komponen-komponennya memiliki panjang
gelombang yang berbeda hanya sedikit dan juga bervariasi dalam
intensitasnya. Panjang soliton hanya 10-12 detik dan dapat dibagi
menjadi beberapa komponen yang saling berdekatan, sehingga sinyal-sinyal
yang berupa soliton merupakan informasi yang terdiri dari beberapa
saluran sekaligus (wavelength division multiplexing). Eksperimen
menunjukkan bahwa soliton minimal dapat membawa lima saluran yang
masing-masing membawa informasi dengan laju 5 Gb.km/s. Cacah saluran
dapat dibuat menjadi dua kali lipat lebih banyak jika dibuatkan
multiplexing polarisasi karena setiap saluran memiliki dua polarisasi
yang berbeda. Kapasitas transmisi yang telah diuji mencapai 35 ribu
Gb.km/s.
Cara kerja sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang
panjang gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di
dalam suatu bahan jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Efek
ini kemudian digunakan untuk menetralisir efek dispersi, sehingga
soliton tidak akan melebar pada waktu sampai di receiver. Hal ini sangat
menguntungkan karena tingkat kesalahan yang ditimbulkannya amat kecil
bahkan dapat diabaikan. Tampak bahwa penggabungan ciri beberapa generasi
teknologi fiber optik akan mampu menghasilkan suatu sistem komunikasi
yang mendekati ideal, yaitu yang memiliki kapasitas transmisi yang
sebesar-besarnya dengan tingkat kesalahan yang sekecil-kecilnya. Yang
jelas, pada masa mendatang dunia komunikasi, tidak dapat dihindari lagi,
akan dirajai oleh teknologi fiber optik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar