Selasa, 28 April 2015

Batan Siapkan Lima Benih Unggul dari Pemanfaatan Radiasi

Batan Siapkan Lima Benih Unggul dari Pemanfaatan Radiasi


YOGYAKARTA -- Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) akan meluncurkan sedikitnya lima benih unggul baru di bidang pertanian. Benih tersebut memanfaatkan sinar radiasi. Lima benih unggul ini berupa padi, sorgum, dan kedelai.

Kepala Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (Pair) Batan, Hendig Winarno, mengatakan, pihaknya terus berupaya memanfaatkan radiasi gamma dan berkas elektron untuk peningkatan budi daya benih yang ada di Indonesia. 

"Kita sudah menghasilkan banyak sekali produk benih unggul. Tahun ini akan kita luncurkan dua benih unggul padi, dua benih sorgum dan benih kedelai," katanya di sela seminar dan lokakarya Forum for Nuclear in Asia (FNCA) di Yogyakarta, Senin (9/2).







Kegiatan yang digelar hingga Kamis (12/2) ini diikuti ahli-ahli pemanfaatan teknologi nuklir dari delapan negara di dunia. Delapan negara ini adalah Bangladesh, Indonesia, Malaysia, Filipina, Kazakhstan, Jepang, Thailand, dan Vietnam.

Hendig mengakui, selain meluncurkan lima benih unggul, tahun ini Batan juga berhasil membuat satu produk yang memanfaatkan limbah untuk pupuk tanaman. Produk yang diberi nama Fitosan ini mulai diperkenalkan ke masyarakat sejak akhir 2014 lalu. Bahkan, produk pupuk ini juga sudah dimanfaatkan di beberapa daerah termasuk DIY untuk tanaman cabai.

Fitosan, menurut Hendig, merupakan pemanfaatan limbah kulit udang yang diproses dengan sedikit radiasi gamma dan berkas elektron menjadi oligochitosan sehingga bisa dijadikan pupuk. Manfaat oligochitosan antara lain untuk meningkatkan daya tumbuh tanaman, mencegah dan mengurangi penyakit tanaman, serta meningkatkan imunitas serta produktivitas tanaman. Produk ini sudah dimanfaatkan di tanaman cabai. Hasilnya, tanaman terhindar dari penyakit virus kuning, frekuensi panen naik, usia panen lebih cepat, dan produktivitas naik 100 persen.  Selain radiasi gamma dan berkas elektron, bagian nuklir lain yang dimanfaatkan untuk bidang pertanian adalah sintesis super water absorbent hydrogel (SWA). Produk ini, Hendig mengatakan, sering dimanfaatkan di bidang pertanian, khususnya di lahan berpasir. 

Sementara itu, menurut Anhar Rihcza, antariksawan dari Batan, setiap tahun pihaknya bekerja sama dengan 10 daerah di Indonesia untuk menguji coba produk melalui demplot tanaman. Diakuinya, tidak semua daerah mau, tetapi sebagian besar berhasil dengan baik dan menjadi produk unggul daerah.

Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto, mengatakan, semua produk Batan sudah diujicobakan dan sudah hilang radiasinya sehingga aman bagi masyarakat. "Hilirisasi produk memang menjadi kendala tersendiri. Namun, itu membutuhkan kerja sama banyak pihak," katanya. n ed: andi  nur aminah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar