Batan Siapkan Lima Benih Unggul dari Pemanfaatan Radiasi
YOGYAKARTA -- Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) akan
meluncurkan sedikitnya lima benih unggul baru di bidang pertanian. Benih
tersebut memanfaatkan sinar radiasi. Lima benih unggul ini berupa padi, sorgum,
dan kedelai.
Kepala Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (Pair) Batan, Hendig
Winarno, mengatakan, pihaknya terus berupaya memanfaatkan radiasi gamma dan
berkas elektron untuk peningkatan budi daya benih yang ada di Indonesia.
"Kita sudah menghasilkan banyak sekali produk benih unggul.
Tahun ini akan kita luncurkan dua benih unggul padi, dua benih sorgum dan benih
kedelai," katanya di sela seminar dan lokakarya Forum for Nuclear in Asia
(FNCA) di Yogyakarta, Senin (9/2).
Kegiatan yang digelar hingga Kamis (12/2) ini diikuti ahli-ahli
pemanfaatan teknologi nuklir dari delapan negara di dunia. Delapan negara ini
adalah Bangladesh, Indonesia, Malaysia, Filipina, Kazakhstan, Jepang, Thailand,
dan Vietnam.
Hendig mengakui, selain meluncurkan lima benih unggul, tahun ini
Batan juga berhasil membuat satu produk yang memanfaatkan limbah untuk pupuk
tanaman. Produk yang diberi nama Fitosan ini mulai diperkenalkan ke masyarakat
sejak akhir 2014 lalu. Bahkan, produk pupuk ini juga sudah dimanfaatkan di
beberapa daerah termasuk DIY untuk tanaman cabai.
Fitosan, menurut Hendig, merupakan pemanfaatan limbah kulit udang
yang diproses dengan sedikit radiasi gamma dan berkas elektron menjadi
oligochitosan sehingga bisa dijadikan pupuk. Manfaat oligochitosan antara lain
untuk meningkatkan daya tumbuh tanaman, mencegah dan mengurangi penyakit
tanaman, serta meningkatkan imunitas serta produktivitas tanaman. Produk ini
sudah dimanfaatkan di tanaman cabai. Hasilnya, tanaman terhindar dari penyakit
virus kuning, frekuensi panen naik, usia panen lebih cepat, dan produktivitas
naik 100 persen. Selain radiasi gamma dan berkas elektron, bagian nuklir
lain yang dimanfaatkan untuk bidang pertanian adalah sintesis super water
absorbent hydrogel (SWA). Produk ini, Hendig mengatakan, sering dimanfaatkan di
bidang pertanian, khususnya di lahan berpasir.
Sementara itu, menurut Anhar Rihcza, antariksawan dari Batan,
setiap tahun pihaknya bekerja sama dengan 10 daerah di Indonesia untuk menguji
coba produk melalui demplot tanaman. Diakuinya, tidak semua daerah mau, tetapi
sebagian besar berhasil dengan baik dan menjadi produk unggul daerah.
Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto, mengatakan, semua produk
Batan sudah diujicobakan dan sudah hilang radiasinya sehingga aman bagi
masyarakat. "Hilirisasi produk memang menjadi kendala tersendiri. Namun,
itu membutuhkan kerja sama banyak pihak," katanya. n ed: andi nur
aminah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar